Mengenal Lebih Dalam Tentang Monas. Bagi warga negara
Indonesia dan warga Jakarta khususnya, Monumen Nasional yang lazim disebut Tugu
Monas sudah tidak asing lagi. Berada tepat di jantung ibukota negara dan
pemerintahan Republik Indonesia, Tugu Monas menjulang tinggi mengalahkan
kemegahan bangunan-bangunan di sekelilingnya.
Sejarah berdirinya monas
Proyek mercusuar pembangunan Monumen Nasional tersebut sesungguhnya
dilakukan saat kondisi keuangan negara dalam masa kritis yang sangat hebat.
Pada saat itu, Sukarno juga tengah mengerjakan proyek lainnya yang mungkin
dianggap lebih ‘mulia’, yakni pembangunan Masjid Istiqlal, masjid terbesar
se-Asia Tenggara. Dihadapkan pada pilihan sulit, akhirnya Sukarno lebih memilih
merampungkan proyek Tugu Monas daripada rumah Allah tadi. Uniknya, kedua proyek
besar tersebut selesai saat Presiden Sukarno sudah tidak berkuasa lagi pasca
pemberontakan G 30 S PKI.
5 Hal Yang Harus Diketahui
Tentang Monas :
1. Ukuran dan Isi MonasMonas
dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni. Seluruh bangunan ini
dilapisi oleh marmer.

2. Lidah
ApiDi bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari
perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton.
Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77
bagian yang disatukan.
3. Pelataran PuncakPelataran
puncak luasnya 11×11 m. Untuk mencapai pelataran puncak, pengunjung bisa
menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling lift terdapat
tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat
gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah,
pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan
Kepulauan Seribu.
4. Pelataran BawahPelataran
bawah luasnya 45×45 m. Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17
meter. Di bagian ini pengunjung dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan
kota yang indah.
5. Museum Sejarah Perjuangan
NasionalDi bagian bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu Museum
Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini menampilkan sejarah perjuangan
Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80×80 m. Pada keempat sisi museum
terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia dari
jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia hingga G30S PKI.

Sukarno yang terkenal flamboyan saat itu lebih memilih Monas karena merupakan
simbol phallus raksasa. Tidak aneh jika simbol ibukota negaranya adalah simbol
kejantanan seorang pria (phallus). Sukarno adalah seorang visioner yang tidak
tanggung-tanggung dan berpandangan jauh ke depan. Dia tidak membiarkan
pembangunan phallus/lingga sendirian. Saat bersamaan, dia juga memerintahkan
pembangunan ‘pasangannya’, yakni Yoni sebagai simbol perempuan, tepat di atas
Monas. Jadilah Monas seperti yang terlihat sekarang, sebuah bangunan lambing
penyatuan Lingga dan Yoni, simbol laki-laki dan perempuan.
Menurut penuturan Dan Brown dalam novel fenomenalnya, penyatuan Lingga dan Yoni
merupakan ritus purba seksual, Persetubuhan Suci (The Sacred Sextum). Ini
adalah ritual tertinggi bagi kelompok-kelompok penganut Luciferian (penyembah
setan) seperti halnya Ksatria Templar dan Freemasonry. Monas adalah The
Sacred Sextum
Tugu Monas hanyalah salah satu dari obelisk-obelisk lain yang tersebar di
pusat-pusat kota seluruh dunia. Obelisk tertua berasal dari kebudayaan Mesir
Kuno, simbol menjulang menuju dewa tertinggi bangsa pagan purba (dan modern).
Selain Kairo dan Jakarta, obelisk asli Mesir dapat kita saksikan di ibukota
penguasa dunia saat ini, Washington DC Amerika Serikat. Lokasinya tepat di
depan Capitol Hill tempat presiden-presiden Amerika terpilih mengucapkan
sumpahnya secara turun-temurun. Obelisk atau phallus juga bisa kita jumpai tepat
di tengah lapangan Basilika Santo Petrus, Vatican City, negara tempat pemimpin
umat Katholik Roma sejagat raya. Phallus modern juga dapat berupa obelisk baja
yang menjulang di tengah-tengah ibukota Perancis, Paris berupa Menara Eiffel.
Obelisk adalah simbol kejantanan, kekuatan, dan kekuasaan Jika kita cermati
bersama, keberadaan Tugu Monas di jantung ibukota negara Republik Indonesia
adalah sebuah ejekan tak kentara terhadap sila pertama Pancasila. Monas adalah
lambang Persetubuhan Suci yang dilakukan tanpa malu-malu di sekeliling rumah
Tuhan. Dia mengejek Gereja Imanuel, dia mengejek Gereja Katedral, dan dia juga
mengejek Masjid Istiqlal. Terhadap rumah Tuhan-rumah Tuhan yang
mengelilinginya, Monas seakan mencibir, “Lihatlah aku, aku lebih tinggi dan
lebih megah ketimbang kalian, dan yang pasti pengikutku lebih banyak dari
penghuni kalian, hahahaha…”
Dan memang ada benarnya, Monas adalah simbol dari tabiat ini dari waktu ke
waktu yang semakin tidak memiliki rasa malu. Di bawah naungannya, di antara rindangnya
pepohonan dan rimbunnya semak-semak di sekitarnya, tidak siang tidak malam,
banyak manusia yang melakukan ritus purba seperti yang ditunjukkan penyatuan
Lingga dan Yoni, Monas. Kebanyakan pelakunya adalah muda-mudi yang tidak tahu
diri dan tidak memiliki harga diri lagi.
Dan, rahasia Tugu Monas yang barangkali tidak dapat kita rasakan hingga saat
ini adalah bentuk piramida silang Monas jika dilihat dari udara.Sebelum adanya
aplikasi Google Earth, tak banyak manusia yang dapat menyaksikan simbol pagan
masyarakat purba (dan modern) dengan seksama seperti saat ini. Sebagai
perbandingan, arahkan kursor peta Google Earth tepat di atas Piramida Giza di
Kairo, Mesir. Kemudian alihkan kursor ke kota Jakarta tepat di atas komplek
Tugu Monas. Jika silang Monas yang tampak dari atas tersebut kita anggap
sebagai sisi-sisi piramida dan
Tugu Monas yang berada tepat di tengahnya sebagai puncak piramida, terlihat ada
kesamaan bentuk dan konsep antara Piramida Giza di Mesir dan ‘Piramida Monas’di
Indonesia.
Sumber
: https://sejarahindonesiasma.wordpress.com/2012/10/16/sejarah-berdirinya-monas/

Sejarah berdirinya monas
Proyek mercusuar pembangunan Monumen Nasional tersebut sesungguhnya
dilakukan saat kondisi keuangan negara dalam masa kritis yang sangat hebat.
Pada saat itu, Sukarno juga tengah mengerjakan proyek lainnya yang mungkin
dianggap lebih ‘mulia’, yakni pembangunan Masjid Istiqlal, masjid terbesar
se-Asia Tenggara. Dihadapkan pada pilihan sulit, akhirnya Sukarno lebih memilih
merampungkan proyek Tugu Monas daripada rumah Allah tadi. Uniknya, kedua proyek
besar tersebut selesai saat Presiden Sukarno sudah tidak berkuasa lagi pasca
pemberontakan G 30 S PKI.
5 Hal Yang Harus Diketahui Tentang Monas :
5 Hal Yang Harus Diketahui Tentang Monas :
1. Ukuran dan Isi MonasMonas
dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni. Seluruh bangunan ini
dilapisi oleh marmer.

2. Lidah ApiDi bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77 bagian yang disatukan.
3. Pelataran PuncakPelataran
puncak luasnya 11×11 m. Untuk mencapai pelataran puncak, pengunjung bisa
menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling lift terdapat
tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat
gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah,
pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan
Kepulauan Seribu.
4. Pelataran BawahPelataran
bawah luasnya 45×45 m. Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17
meter. Di bagian ini pengunjung dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan
kota yang indah.
5. Museum Sejarah Perjuangan
NasionalDi bagian bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu Museum
Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini menampilkan sejarah perjuangan
Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80×80 m. Pada keempat sisi museum
terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia dari
jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia hingga G30S PKI.

Sukarno yang terkenal flamboyan saat itu lebih memilih Monas karena merupakan simbol phallus raksasa. Tidak aneh jika simbol ibukota negaranya adalah simbol kejantanan seorang pria (phallus). Sukarno adalah seorang visioner yang tidak tanggung-tanggung dan berpandangan jauh ke depan. Dia tidak membiarkan pembangunan phallus/lingga sendirian. Saat bersamaan, dia juga memerintahkan pembangunan ‘pasangannya’, yakni Yoni sebagai simbol perempuan, tepat di atas Monas. Jadilah Monas seperti yang terlihat sekarang, sebuah bangunan lambing penyatuan Lingga dan Yoni, simbol laki-laki dan perempuan.
Menurut penuturan Dan Brown dalam novel fenomenalnya, penyatuan Lingga dan Yoni merupakan ritus purba seksual, Persetubuhan Suci (The Sacred Sextum). Ini adalah ritual tertinggi bagi kelompok-kelompok penganut Luciferian (penyembah setan) seperti halnya Ksatria Templar dan Freemasonry. Monas adalah The Sacred Sextum
Tugu Monas hanyalah salah satu dari obelisk-obelisk lain yang tersebar di pusat-pusat kota seluruh dunia. Obelisk tertua berasal dari kebudayaan Mesir Kuno, simbol menjulang menuju dewa tertinggi bangsa pagan purba (dan modern). Selain Kairo dan Jakarta, obelisk asli Mesir dapat kita saksikan di ibukota penguasa dunia saat ini, Washington DC Amerika Serikat. Lokasinya tepat di depan Capitol Hill tempat presiden-presiden Amerika terpilih mengucapkan sumpahnya secara turun-temurun. Obelisk atau phallus juga bisa kita jumpai tepat di tengah lapangan Basilika Santo Petrus, Vatican City, negara tempat pemimpin umat Katholik Roma sejagat raya. Phallus modern juga dapat berupa obelisk baja yang menjulang di tengah-tengah ibukota Perancis, Paris berupa Menara Eiffel.
Obelisk adalah simbol kejantanan, kekuatan, dan kekuasaan Jika kita cermati bersama, keberadaan Tugu Monas di jantung ibukota negara Republik Indonesia adalah sebuah ejekan tak kentara terhadap sila pertama Pancasila. Monas adalah lambang Persetubuhan Suci yang dilakukan tanpa malu-malu di sekeliling rumah Tuhan. Dia mengejek Gereja Imanuel, dia mengejek Gereja Katedral, dan dia juga mengejek Masjid Istiqlal. Terhadap rumah Tuhan-rumah Tuhan yang mengelilinginya, Monas seakan mencibir, “Lihatlah aku, aku lebih tinggi dan lebih megah ketimbang kalian, dan yang pasti pengikutku lebih banyak dari penghuni kalian, hahahaha…”
Dan memang ada benarnya, Monas adalah simbol dari tabiat ini dari waktu ke waktu yang semakin tidak memiliki rasa malu. Di bawah naungannya, di antara rindangnya pepohonan dan rimbunnya semak-semak di sekitarnya, tidak siang tidak malam, banyak manusia yang melakukan ritus purba seperti yang ditunjukkan penyatuan Lingga dan Yoni, Monas. Kebanyakan pelakunya adalah muda-mudi yang tidak tahu diri dan tidak memiliki harga diri lagi.
Dan, rahasia Tugu Monas yang barangkali tidak dapat kita rasakan hingga saat ini adalah bentuk piramida silang Monas jika dilihat dari udara.Sebelum adanya aplikasi Google Earth, tak banyak manusia yang dapat menyaksikan simbol pagan masyarakat purba (dan modern) dengan seksama seperti saat ini. Sebagai perbandingan, arahkan kursor peta Google Earth tepat di atas Piramida Giza di Kairo, Mesir. Kemudian alihkan kursor ke kota Jakarta tepat di atas komplek Tugu Monas. Jika silang Monas yang tampak dari atas tersebut kita anggap sebagai sisi-sisi piramida dan
Tugu Monas yang berada tepat di tengahnya sebagai puncak piramida, terlihat ada kesamaan bentuk dan konsep antara Piramida Giza di Mesir dan ‘Piramida Monas’di Indonesia.
Sumber : https://sejarahindonesiasma.wordpress.com/2012/10/16/sejarah-berdirinya-monas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar